Candi Brahu adalah salah satu candi peninggalan kerajaan Majapahit yang memiliki beberapa fungsi penting dan menjadi peninggalan masa kejayaan kerajaan Majapahit yang masih ada hingga saat ini, berikut ini adalah informasi selengkapnya!
Sejarah Candi Brahu
Sejarah Candi Brahu di Mojokerto sudah dibangun sejak masa raja Brawijaya I dan dapat dikatakan bahwa candi tersebut merupakan candi yang paling tua diantara candi-candi lain yang ada di Trowulan. Candi ini merupakan pandarmaan dari raja Brawijaya, mulai yang pertama sampai keempat. Candi ini telah di restorasi, walaupun tidak sejarah utuh karena kesulitan sebab bangunan candi yang terbuat dari batu bata merah yang direkatkan satu sama lain dengan system gosok.
Candi Brahu bersifat budist dilihat dari bentuk stupanya. Di sekitar kompleks candi dulu ditemukan benda kuno lain, seperti alat upacara dari logam, perhiasan dan benda-benda lain dari emas, serta arca logam yang semuanya menunjukkan ciri-ciri ajaran Buddha, sehingga ditarik kesimpulan bahwa candi ini merupakan candi Buddha.
Bagian tubuh dari candi sebagian besar merupakan susunan batu bata baru yang dipasang pada masa pemerintahan Belanda. Sebagian besar menurut sejarah candi yang berada di Trowulan ini dibangun menggunakan batu bata merah karena mengandung unsur religi atau kepercayaan.
Nama Brahu dihubungkan perkiraan berasal dari kata “Wanaru” atau “Waharu”, yaitu nama sebuah bangunan suci yang disebutkan di dalam prasati tembaga “Alasantan” yang ditemukan perkiraan 45 meter disebelah barat Candi Brahu. Prasasti dibuat pada 9 September 939 masehi atas perintah Raja Mpu Sindok dari Kahuripan.
Lokasi Candi Brahu Majapahit
Alamat Candi Brahu Mojokerto di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Berada tepat di depan kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. Tepatnya sekitar 2 kilometer ke arah utara dari jalan raya Mojokerto – Jombang. Jalan masuk ke dalam kompleks candi agak sempit namun telah di aspal.
Candi Brahu menghadap ke arah barat, dengan denah dasar persegi panjang seluas 18 x 22,5 m dan tinggi yang tersisa sekarang sekiar 20 m. Pada umumnya bangunan purbakala yang ditemukan di daerah Trowulan, candi ini terbuat dari batu bata merah. Berbeda dengan candi lainnya, bentuk candi ini tidak tegas persegi melainkan bersudut banyak, tumpul dan berlekuk. Bagian tengah tubuh candi melekuk ke dalam.
Lekukan ke dalam tersebut dipertegas dengan susunan pola batu bata pada dinding barat atau dinding depan candi. Pada bagian atap candi juga tidak berbentuk prisma atau segi empat, melainkan sudut banyak dengan puncak datar. Kaki candi bersusun 2, kaki bagian bawah kira-kira setinggi 2 m dan mempunyai tangga disisi barat untuk menuju selasar selebar 1 m yang kelilingi tubuh candi.
Baca Juga: Sejarah dan Kecantikan Candi Borobudur Indonesia
Fungsi Candi
Sesuai yang tertulis pada prasasti yang di tulis oleh Mpu Sendok 9 September 939 Masehi (861 Saka), zaman dahulu Candi Brahu memiliki fungsi sebagai tempat pembakaran (Krematorium) jenazah raja Brawijaya I sampai IV. Tetapi, dalam penelitian tak ada satu pun pakar yang berhasil menemukan bekas abu mayat dalam bilik Candi Brahu. Hal ini diketahui setelah melakukan penelitian dalam pemugaran candi tahun 1990 hingga 1995.
Candi Brahu tidak berdiri sendiri, disekitar candi terdapat bangunan candi-candi lain yaitu candi Gentong Gedong dan candi Tengah. Namun di antara ketiga candi tersebut hanya candi Gentong yang masih terlihat sisanya, candi Gentong berada disebelah timur candi Brahu dan disanalah ditemukan barang barang kuno peninggalan kerajaan Majapahit.
Menyenangkan tentunya belajar sejarah masa lalu kerajaan dengan melihat langsung candi yang masih ada sampai saat ini, yuk liburan bersama keluarga ke Candi Brahu Mojokerto.