Desa Adat Penglipuran Bali, Unik dan Sarat Budaya
Ayo Kita Berpetualang ke Salah Satu Tempat Wisata di Bali yang Bernama Desa Adat Penglipuran!
Meskipun Bali memang dikenal dengan pulau kecil bertabur banyaknya pantai, namun mereka tidak meninggalkan sisi budayanya.
Salah satunya ketika Traveler mengunjungi salah satu Desa Adat yang bernama Desa Penglipuran. Berlokasi di Jalan Kintanami Kabupaten Bangli dan berjarak 45 kilometer dari Kota Denpasar. Terkenal dengan keunikannya yang benar-benar menunjukkan adat budaya Bali. Bahkan, saking terkenalnya, Tempat wisata yang bernama Desa Adat Penglipuran ini dijadikan sebagai tempat lokasi Syuting berbagai FTV. Mau Tahu apa saja yang membuat desa ini menjadi menarik?
Sejarah Desa Adat Penglipuran
Nama Desa ini berasal dari kata Pengeling Pura yang artinya adalah tempat suci untuk mengingat para leluhur. Dan dulu, pada zaman Kerajaan, Desa ini dijadikan tempat peristirahatan karena tempatnya yang asri dan sangat cocok untuk dijadikan tempat istirahat. Desa ini telah resmi dijadikan sebagai desa adat wisata pada tahun 1995 oleh pemerintah Setempat.
Keunikan Desa Penglipuran
Di desa ini kendaraan bermotor tidak boleh masuk loh! Jadi Traveler hanya dapat berjalan kaki untuk mengelilingi desa yang luasnya 112 hektar dan berisi lebih dari 76 kavling ini
Seluruh kavling-kavling disini memiliki bentuk yang sama. Dan bahkan, di antaranya ada yang usianya mencapai 270 tahun!
Ciri khas dari bangunan tradisional yang ada disini adalah terdapatnya angkul-angkul ( pintu rumah) yang bentuknya sama persis dan berjejer dari utara hingga selatan. Di dalam angkulnya terdapat sebuah rumah yang bentuknya bergaya tradisional yang dihuni oleh tiap-tiap keluarga.
Apabila Traveler berjalan ke sudut selatan dari desa ini, Traveler akan menemukan sebuah tugu yang telah tertata dengan rapi. Masyarakat dari desa ini sengaja membangun tugu ini untuk pertanda bahwa mereka mempunyai bakti dan hormat kepada para pejuang. Tugu ini didedikasikan untuk salah satu pahlawan Bali yang bernama Anak Agung Gede Anom Mudita atau yang disebut dengan Kapten Mudita. Kapten ini telah gugur saat melawan Penjajah Belanda saat tanggal 20 november 1947.
Kegiatan Masyarakat Penglipuran
Masyarakat dari desa Penglipuran menjual berbagai barang-barang kesenian Bali dan hanya dijual di dalam kavling-kavling yang bangunannya benar-benar bergaya Bali Tradisional dan sampai kini telah terawat dengan rapinya. Selain berprofesi sebagai penjual berbagai barang kesenian Bali, mereka juga bekerja sebagai petani.
Traveler dapat merasakan suasana Bali tradisional yang sesungguhnya ketika mengunjungi desa ini pada saat hari raya keagamaan yang seringkali diadakan oleh masayarakat Penglipuran. Dan setiap 6 bulan sekali, masyarakat Penglipuran mengadakan hari raya Galungan.
Oh iya, Ternyata Masyarakat Penglipuran sangat menentang akan adanya poligami. Apabila ada seorang lelaki yang melakukan poligami, maka ia akan dikucilkan di sebuah tempat yang bernama karang Memadu. Karang Memadu adalah sebuah pekarangan yang dikhususkan untuk para lelaki yang melakukan Poligami.
Untuk dapat mengunjungi desa adat penglipuran, Traveler harus membayar. Namun harganya cukup terjangkau. Untuk turis domestik dikenakan biaya 7.500 rupiah, sedangkan untuk internasional dikenakan 2.500 rupiah lebih mahal dibandingkan turis domestik.
Dan untuk mengunjungi Pulau Bali, Traveler dapat menggunakan berbagai maskapai seperti Lion Air, Citilink, dan Sriwijaya Air dan maskapai lainnya bisa dilihat di Daftar Maskapai Airpaz tujuan Bandara Ngurah Rai Bali. Tertarik ke Bali? jangan lupa untuk selalu mengecek harga tiket pesawatnya tujuan Bali disini.